CCLM dibagi menjadi empat tahapan; tahap 1 – ‘unconscious incompetence’; dan tahap 2 – ‘conscious incompetence’; tahap 3 - ‘consicous competence’ dan tahap 4 – ‘unconscious competence’. Umumnya individu memulai proses pembelajarannya pada tahap 1 – ‘unconscious incompetence’, dan berakhir pada tahap 4 – ‘unconscious competence’, setelah melalui tahap 2 – ‘conscious incompetence’ dan tahap 3 - ‘consicous competence’.
Kebanyakan pengajar dan pelatih berasumsi bahwa individu pembelajar telah berada di tahap 2, dan mereka memfokuskan usahanya untuk pencapaian tahap 3. Padahal yang sesungguhnya terjadi adalah individu masih berada di tahap 1. Pelatih berasumsi bahwa individu telah menyadari keberadaan kemampuan, relevansi, kekurangan serta keuntungan yang ditawarkan dari akuisisi suatu kemampuan baru. Sementara yang sebenarnya terjadi adalah kebalikannya, individu masih berada di tahap 1 - unconscious competence – tidak memiliki berbagai hal tersebut, sehingga tentu saja tidak akan mampu mencapai tahap conscious competence. Di lain pihak, individu pun merasa bahwa dirinya tidak memiliki kekurangan atau kebutuhan pada kemampuan baru yang ditawarkan. Hal ini merupakan alasan utama dari kegagalan yang sering terjadi pada program pelatihan dan pengajaran.
Di PRIMASTUDY, dalam program pelatihan diberikan, kami menggunakan CCLM guna meminimalkan resiko yang mungkin muncul, seperti yang dijelaskan pada bagian sebelumnya .
Jika kesadaran akan kemampuan dan kekurangan relatif masih rendah atau bahkan tidak ada – misalnya individu berada pada kondisi unconscious incompetence – individu tidak mampu menyadari kebutuhan untuk belajar. Penting bagi pengajar untuk membangun kesadaran terkait kelemahan atau kebutuhan akan pelatihan yang ditawarkan (conscious incompetence) sebelum memberikan program pelatihan untuk memudahkan mengarahkan individu dari tahap 2 ke tahap 3.
Individu hanya merespon pada program pelatihan ketika telah menyadari kebutuhan akan program tersebut dan keuntungan personal yang dapat mereka peroleh.
Karakteristik masing-masing tahap
Perpindahan individu berawal dari kuadran 1 melalui kuadran 2, 3 dan berakhir di kuadran 4. Tidaklah mungkin melakukan lompatan tahapan yang dramatis, dari tingkat yang paling dasar menuju tingkat paling akhir. Namun demikian pada beberapa kemampuan, umumnya pada tingkat yang lanjut, sangat dimungkinkan bagi individu untuk mundur ke tahap sebelumnya, umumnya dari tahap 4 ke tahap 3, atau dari tahap 3 ke tahap 2, jika ia gagal melatih dan menguji kemampuan barunya. Individu yang mundur dari tahap 4, kembali ke tahap 3 dan 2, perlu mengembangkan kembali kemampuannya melalui tahap 3 guna mencapai tahap 4, unconscious competence. Pun demikian, pada beberapa jenis kemampuan, penguasaan hingga tahap 3, conscious competence dianggap telah cukup memadai.
Perkembangan dari tahap ke tahap sering kali diiringi dengan suatu sensasi pencerahan – ketika individu mendapati sensasi ‘aha’ – ketika individu merasa telah melakukan suatu lompatan besar.
Tentunya setiap individu memiliki preferensi. Setiap individu mendapati bahwa perkembangan ke tahap 3 atau tahap 4, lebih mudah pada beberapa kemampuan dibandingkan kemampuan lainnya. Beberapa individu ‘menolak’ berlanjut ke tahap 2, karena mereka menolak untuk menerima relevansi atau keuntungan dari suatu kemampuan. Tentu saja pada situasi ini individu tidak dapat berkembang ke tahap 3. Pelatih perlu menemukan strategi lain yang cocok untuk situasi ini.
Individu mengembangkan kompetensi hanya setelah mengenali relevansi dari ketidakmampuannya terkait suatu kemampuan.
Karakteristik dari masing-masing tahapan pembelajaran diberikan sebagai berikut:
Tahap 1: Unconscious incompetence
- Individu tidak menyadari kehadiran atau relevansi terkait suatu kemampuan
- Individu tidak memiliki kesadaran bahwa dirinya memiliki kekurangan terkait suatu kemampuan
- Individu mungkin menolak relevansi atau kegunaan dari suatu kemampuan
- Individu harus terlebih dahulu sadar akan ketidakmampuannya sebelum pengembangan kemampuan baru dapat dimulai
- Tujuan dari individu dan pelatih adalah memindahkan individu ke tahap ‘conscious competence’, dan menunjukan kebutuhan dan manfaat dari kemampuan baru
Tahap 2: Consicous incompetence
- Individu sadar akan keberadaan dan relevansi dari suatu kemampuan
- Individu sadar akan kekurangannya terkait kemampuan baru dan idealnya akan mencoba melakukannya
- Individu menyadari dengan memahami kemampuan baru yang ditawarkan dapat meningkatkan efektifitasnya
- Idealnya individu memiliki pemahaman mengenai kekurangannya pada suatu kemampuan dan pada level mana kemampuan tersebut dibutuhkannya.
- Individu idealnya membuat komitmen untuk mempelajari dan melatih kemampuan barunya, dan berpindah ke tahap selanjutnya, ‘conscious competence’
Tahap 3: Conscious Competence
- Individu mampu melakukan kemampuan baru secara diniatkan
- Individu membutuhkan konsentrasi dan berpikir dalam melakukan suatu kemampuan
- Individu telah mampu melakukan suatu kemampuan tanpa dibantu
- Individu tidak akan mampu melakukan suatu kemampuan sebelum memikirkannya terlebih dahulu – kemampuan tersebut belum menjadi ‘kebiasaan baru’ atau dapat berlangsung secara otomatis
- Individu mampu melakukan suatu kemampuan dan mempertunjukannya pada individu lain, namun belum mampu mengajarkannya secara optimal
- Individu idealnya perlu terus melatih kemampuan barunya, dan melakukannya terus hingga ke tahap ‘unconscious competent’
- Penggunaan berkelanjutan merupakan cara yang paling efektif untuk berlanjut dari tahap 3 ke tahap 4
Tahap 4: Unconscious competence
- Kemampuan telah menjadi sangat terlatih hingga mampu berpenetrasi ke pikiran luar sadar dan menjadi kebiasaan baru
- Contoh yang awam terkait tahapan ini adalah kemampuan menyetir, aktifitas olahraga, mengetik, keterampilan tangan, mendengarkan dan komunikasi
- Sangat dimungkinkan untuk melakukan suatu kemampuan sementara melakukan aktifitas lain, misalnya merajut sambil bernyanyi dan mendengarkan musik, melakukan pengingatan yang dramatis (melalui program Prima Memory dan PRIMASTUDY) sementara terlibat dalam perbincangan
- Individu mampu mengajarkan kemampuannya pada individu lain, walaupun setelah periode waktu tertentu di tahap unconscious competent individu mengalami sedikit kesukaran untuk menjelaskan struktur dari kebiasaannya, karena kemampuan tersebut telah menjadi suatu yang instingtif
- Hal ini mengharuskan individu untuk selalu mengevaluasi kemampuannya menggunakan standar yang diperbaharui (umumnya lebih tinggi).