Selain kerancuan yang telah diuraikan di bagian sebelumnya, terdapat pula kerancuan lain terkait dengan karakteristik penggambaran (imagery) seperti yang telah diuraikan di bagian pendahuluan. Jika penggambaran serupa dengan persepsi, maka pada derajat dan dimensi seperti apa suatu pengalaman dapat dikatakan sebagai penggambaran. Sementara penggambaran merupakan fenomena yang unik (sui generis), sehingga secara konsep berbeda dengan pengalaman perseptual, ataukah penggambaran dan persepsi hanya berbeda pada derajat dan bukan pada jenisnya.
Beberapa filusuf seperti Hume (1740), meyakini persepsi (dalam terminologinya impresi (impressions)) dan gambar (ideas) tidak berbeda dalam jenis, namun hanya penyebabnya secara historis dan derajat kejelasannya (vividness). Pandangan ini telah sering kali dikritik, yang terkini McGinn (2004). Penjelasan alternatif yang secara implisit tercantum pada banyak diskusi (dan dipertahankan secara eksplisit oleh Thomas (1997a, 1999b; simak juga Jastrow, 1899)), bahwa penggambaran terletak pada salah satu ujung spektrum yang merentang dari persepsi yang pasti, sangat dikendalikan oleh stimulus atau terkait dengan stimulus, pada satu sisi, dan pada sisi yang lain terdapat penggambaran “murni”, dimana isi dari pengalaman dihasilkan sepenuhnya oleh subjek dan lebih dikendalikan secara independen dari pengaruh stimulus. Beberapa ragam dari pengalaman perseptual imaginatif dapat saja dipilih untuk mengisi kontimum antara kedua ekstrim ini: persepsi yang keliru atau ilusif (membayangkan, contohnya semak-semak terlihat dalam kegelapan sebagai beruang), dan berbagai tipe dari melihat sebagai (seeing as) atau melihat pada (seeing in) yang bersifat tidak rancu (non-deceptive seeing), seperti membayangkan bahwa awan serupa bentuknya dengan unta atau ikan paus; melihat kesedihan di mata individu, atau melihat gambar rancu seperti yang diberikan pada contoh berikut.
Namun bagi filusuf yang lainnya seeperti Sartre (1936), Wittgenstein (1961), dan McGinn (2004) berargumentasi bahwa terdapat perbedaan konseptual yang tajam dan fenomenologis antara penggambaran dan persepsi. Lagi pula, seperti yang diargumentasikan pembayangan berada di bawah kendali individu dan tidak seperti persepsi. Jika individu diberikan penggambaran mengenai gajah, maka individu tersebut dapat membayangkan gajah kapanpun dan di manapun ketika ia menginginkannya. Namun ia tidak dapat memilih untuk melihat gajah kecuali ada gajah yang benar-benar ada didepannya. Konstrasnya, jika ada gajah di depannya maka tidak ada pilihan lain baginya kecuali melihatnya, terlepas dari apakah ia menginginkan atau tidak.
Lebih lanjut, diklaim (dalam perbedaan yang lebih tajam dibandingkan persepsi) individu tidak bisa menghasilkan informasi baru mengenai dunia melalui penggambarannya. Tidak ada gambar yang dapat mengandung apapun kecuali apa yang diletakan oleh si penggambar, yang mana pastilah telah ada di pikirannya ((Sartre, 1940; Wittgenstein, 1961). Namun pandangan negatif mengenai aspek epistemologi dari penggambaran ditolak oleh Kosslyn (1980, 1983), dan argumen yang diberikan oleh Sartre dan Wittgenstein pada hal ini telah dibantah pada detail yang diberikan oleh Taylor (1981).[2] McGinn (2004) yang berargumen bahwa walaupun Sartre dan Wittgenstein telah menyatakan pandangannya, terdapat pandangan yang asli dan penting yang melandasi apa yag mereka sampaikan. Informasi yang dihasilkan atau didapat dari penggambaran adalah berbeda dan dari jenis yang berbeda dengan informasi yang didapatkan melalui persepsi.
Referensi
Hume, D. (1740). A Treatise of Human Nature. (edisi ke-2 Oxford, editor L.A. Selby-Bigge & P.H. Nidditch. Oxford: Oxford University Press, 1978.)
McGinn, C. (2004). Mindsight: Image, Dream, Meaning. Cambridge, MA: Harvard University Press.
Thomas, N.J.T. (1997a). Imagery and the Coherence of Imagination: a Critique ofWhite. Journal of Philosophical Research, (22) 95-127.
Thomas, N.J.T. (1999b). Are Theories of Imagery Theories of Imagination? AnActive Perception Approach to Conscious Mental Content. Cognitive Science (23)207-245.
Jastrow, J. (1899). The Mind's Eye. Appleton's Popular Science Monthly (54)299-312.
Sartre, J.-P. (1936). Imagination: A Psychological Critique. (Terjemahan dari bahasa Perancis oleh F. Williams, Ann Arbor, MI: University of Michigan Press, 1962.)
Sartre, J.-P. (1940). The Psychology of Imagination. (diterjemahkan dari bahasa Perancis oleh B. Frechtman, New York: Philosophical Library, 1948.)
Wittgenstein, L. (1961). Zettel. (Editor G.E.M. Anscombe & G.H. von Wright; terjemahan G.E.M. Anscombe.). Oxford: Blackwell.
Kosslyn, S.M. (1980). Image and Mind. Cambridge, MA: Harvard University Press.
Kosslyn, S.M. (1983). Ghosts in the Mind's Machine: Creating and Using Images in the Brain. New York: Norton.
Taylor, P. (1981). Imagination and Information. Philosophy and Phenomenological Research (42) 205-223.
Beberapa filusuf seperti Hume (1740), meyakini persepsi (dalam terminologinya impresi (impressions)) dan gambar (ideas) tidak berbeda dalam jenis, namun hanya penyebabnya secara historis dan derajat kejelasannya (vividness). Pandangan ini telah sering kali dikritik, yang terkini McGinn (2004). Penjelasan alternatif yang secara implisit tercantum pada banyak diskusi (dan dipertahankan secara eksplisit oleh Thomas (1997a, 1999b; simak juga Jastrow, 1899)), bahwa penggambaran terletak pada salah satu ujung spektrum yang merentang dari persepsi yang pasti, sangat dikendalikan oleh stimulus atau terkait dengan stimulus, pada satu sisi, dan pada sisi yang lain terdapat penggambaran “murni”, dimana isi dari pengalaman dihasilkan sepenuhnya oleh subjek dan lebih dikendalikan secara independen dari pengaruh stimulus. Beberapa ragam dari pengalaman perseptual imaginatif dapat saja dipilih untuk mengisi kontimum antara kedua ekstrim ini: persepsi yang keliru atau ilusif (membayangkan, contohnya semak-semak terlihat dalam kegelapan sebagai beruang), dan berbagai tipe dari melihat sebagai (seeing as) atau melihat pada (seeing in) yang bersifat tidak rancu (non-deceptive seeing), seperti membayangkan bahwa awan serupa bentuknya dengan unta atau ikan paus; melihat kesedihan di mata individu, atau melihat gambar rancu seperti yang diberikan pada contoh berikut.
Namun bagi filusuf yang lainnya seeperti Sartre (1936), Wittgenstein (1961), dan McGinn (2004) berargumentasi bahwa terdapat perbedaan konseptual yang tajam dan fenomenologis antara penggambaran dan persepsi. Lagi pula, seperti yang diargumentasikan pembayangan berada di bawah kendali individu dan tidak seperti persepsi. Jika individu diberikan penggambaran mengenai gajah, maka individu tersebut dapat membayangkan gajah kapanpun dan di manapun ketika ia menginginkannya. Namun ia tidak dapat memilih untuk melihat gajah kecuali ada gajah yang benar-benar ada didepannya. Konstrasnya, jika ada gajah di depannya maka tidak ada pilihan lain baginya kecuali melihatnya, terlepas dari apakah ia menginginkan atau tidak.
Lebih lanjut, diklaim (dalam perbedaan yang lebih tajam dibandingkan persepsi) individu tidak bisa menghasilkan informasi baru mengenai dunia melalui penggambarannya. Tidak ada gambar yang dapat mengandung apapun kecuali apa yang diletakan oleh si penggambar, yang mana pastilah telah ada di pikirannya ((Sartre, 1940; Wittgenstein, 1961). Namun pandangan negatif mengenai aspek epistemologi dari penggambaran ditolak oleh Kosslyn (1980, 1983), dan argumen yang diberikan oleh Sartre dan Wittgenstein pada hal ini telah dibantah pada detail yang diberikan oleh Taylor (1981).[2] McGinn (2004) yang berargumen bahwa walaupun Sartre dan Wittgenstein telah menyatakan pandangannya, terdapat pandangan yang asli dan penting yang melandasi apa yag mereka sampaikan. Informasi yang dihasilkan atau didapat dari penggambaran adalah berbeda dan dari jenis yang berbeda dengan informasi yang didapatkan melalui persepsi.
Referensi
Hume, D. (1740). A Treatise of Human Nature. (edisi ke-2 Oxford, editor L.A. Selby-Bigge & P.H. Nidditch. Oxford: Oxford University Press, 1978.)
McGinn, C. (2004). Mindsight: Image, Dream, Meaning. Cambridge, MA: Harvard University Press.
Thomas, N.J.T. (1997a). Imagery and the Coherence of Imagination: a Critique ofWhite. Journal of Philosophical Research, (22) 95-127.
Thomas, N.J.T. (1999b). Are Theories of Imagery Theories of Imagination? AnActive Perception Approach to Conscious Mental Content. Cognitive Science (23)207-245.
Jastrow, J. (1899). The Mind's Eye. Appleton's Popular Science Monthly (54)299-312.
Sartre, J.-P. (1936). Imagination: A Psychological Critique. (Terjemahan dari bahasa Perancis oleh F. Williams, Ann Arbor, MI: University of Michigan Press, 1962.)
Sartre, J.-P. (1940). The Psychology of Imagination. (diterjemahkan dari bahasa Perancis oleh B. Frechtman, New York: Philosophical Library, 1948.)
Wittgenstein, L. (1961). Zettel. (Editor G.E.M. Anscombe & G.H. von Wright; terjemahan G.E.M. Anscombe.). Oxford: Blackwell.
Kosslyn, S.M. (1980). Image and Mind. Cambridge, MA: Harvard University Press.
Kosslyn, S.M. (1983). Ghosts in the Mind's Machine: Creating and Using Images in the Brain. New York: Norton.
Taylor, P. (1981). Imagination and Information. Philosophy and Phenomenological Research (42) 205-223.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar