Selasa, 10 Juni 2008

Piramida, Teknologi Misterius





















Pendahuluan

Piramida, salah satu struktur bangunan peninggalan peradaban masa lampau, ternyata memiliki banyak manfaat yang belum seluruhnya terkuak oleh ilmu pengetahuan saat ini. Faktanya bangsa Mesir tidak menggunakan piramida sebatas makam atau tempat penyembahan (temple), melainkan mereka telah mengetahui manfaat piramida dalam kaitannya dengan konservasi energi.

Mungkin hal ini dapat menerangkan fenomena mengapa banyak terdapat piramida di luar Mesir, kontras dengan keyakinan pada kebanyakan individu yang beranggapan bahwa piramida secara ekslusif hanya terdapat di Mesir. Ilustrasi di atas menyajikan uraian singkat mengenai keberadaan piramida di luar Mesir.





Piramida ternyata memberikan manfaat juga bagi kesehatan. Klaim yang saat ini beredar adalah karena piramida merupakan salah satu mekanisme negative ion generator yang mampu menghasilkan ion negatif, penyeimbang ion positif yang merupakan dampak dari polusi.

Ion negatif merupakan molekul yang tidak berwarna dan berbau yang masuk ke saluran pernafasan manusia saat bernafas. Konsentrasi tinggi dari ion negatif dapat ditemukan di pengunungan, air terjun dan pantai di mana individu merasakan tambahan energi dan bebas dari stres dan meningkatkan energi. Ion negatif meningkatkan aliran oksigen ke otak sehingga meningkatkan kewaspadaan mental, mengeliminir ketidaknyaman dan meningkatkan energi seperti yang diuraikan oleh Pierce J. Howard, PhD., penulis buku The Owners Manual for the Brain: Everyday Applications from Mind Brain Research, yang juga merupakan Direktur Riset di Center for Applied Cognitive Sciences di Charlotte, North Carolina.

Ion negatif juga dapat melindungi individu dari kuman yang ada di udara, sehingga menurunkan iritasi yang disebabkan dari menghirup berbagai partikel yang mengakibatkan bersin, batuk atau iritasi tenggorokan. AC (Air Conditioner) menurunkan jumlah ion negatif, namun piramida melepaskan kembali ion yang hilang akibat AC.

Ion negatif diciptakan di alam dari molekul udara yang dipecah oleh sinar matahari, radiasi dan udara atau air yang mengalir. “Aktifitas gelombang yang terus mengalir menciptakan ion negatif di udara dan kita segera dapat menyadarinya setelah hujan ketika individu melaporkan merasa peningkatan mood.” demikian yang diuraikan oleh peneliti ion Michael Terman, PhD, dari Columbia University, New York. Pada suatu penelitian yang dilakukan oleh Columbia University, 25 orang dengan SAD (Seasonal Affective Depression) duduk di depan pemurni udara ion negatif selama setengah jam setiap pagi selama satu bulan. Setengah dari subjek diberikan ion negatif pada tingkat rendah sementara sebagian lagi diberikan ion negatif pada tingkat yang tinggi. Kesimpulan dari eksperimen menyatakan bahwa ion negatif sangat efektif untuk menangani SAD tanpa efek samping seperti yang umum dijumpai pada berbagai obat antidepressant seperti prozac dan zolof.

Kebanyakan partikel udara memiliki muatan positif atau terionisasi positif, sementara ion negatif memiliki muatan negatif. Ion negatif tertarik pada partikel positif melalui mekanisme magnetik di mana muatan yang berlawanan saling tarik menarik. Ketika terdapat konsentrasi tinggi dari ion negatif, mereka segera menarik partikel yang terapung dalam jumlah yang besar. Akibatnya partikel tersebut terlalu berat untuk terus mengapung di udara dan terjatuh sehingga menjauh dari zona pernafasan. Hal ini tentunya menghindarkan individu dari berbagai masalah pernafasan dan kesehatan. Setelahnya partikel polutan ini dapat dikumpulkan melalui mekanisme pembersihan lebih lanjut, seperti pemvakuman dan lainnya. Sekiranya partikel tersebut kembali ke udara, dalam waktu singkat mengalami mekanisme yang sama kembali berulang.

Seperti yang telah diuraikan sebelumnya, ion negatif secara alami dihasilkan di alam, seperti di pegunungan, air terjun, pantai dan lainnya. Namun kondisi “Hutan Beton” saat ini meminimalkan produksi alami dari ion negatif. Sehingga untuk mencegah berbagai efek buruk yang telah diuraikan diatas, setiap individu membutuhkan kemampuan untuk menghasilkan kembali ion negatif sebagai penyeimbang.

Pembuktian Ilmiah

Banyak studi ilmiah terkait dengan piramida. Salah satu studi ilmiah terkait dengan manfaat piramida bagi kesehatan salah satunya dilakukan di Melaka Manipal Medical College (Manipal Campus), India. Studi yang dilakukan oleh Dr. Bharathi di bawah supervisi Dr. Dilip Murthy dari departemen fisiologi. Dalam penelitiannya, Dr. Bhrathy menempatkan tikus di dalam model piramida yang berbahan kayu.

Penilitian lain juga dilakukan oleh Dr. Surekha R. Kamath yang masih berasal dari lingkungan departemen physiology. Di bawah supervisi Dr. S. Gurumadhva Rao yang merupakan profesor farmakologi, Dr Surekha R. Kamath memusatkan studinya pada kesembuhan luka pada tikus.

Penilitian lain juga dilakukan oleh Dr.Surekha Bhat dan Dr. Guruprasad Rao, di bawah supervisi dari Dr. P. Gopalakrishna Bhat, profesor di bidang biokimia bersama rekan pembimbing Dr. K. Dilip Murthy.

Penelitian difokuskan untuk mempelajari pengaruh piramida terhadap tingkat stress pada tikus. Dengan cara menempatkannya di dalam piramida. Plasma kortisol digunakan sebagai parameter stress pada sel neuroendocrine, erythrocyte TBARS sebagai indikator dari lipid peroxidation dan level erythrocyte GSH dan erythrocyte GSH-Px dan aktifitas SOD sebagai indikator dari pertahan terhadap antioksidan. Sebagai tambahan terkait dengan pengujian terhadap struktur, dilibatkan pula struktur kubus yang memiliki dimensi sama dengan piramida.

Adapun kesimpulan dari penelitian yang dilakukan oleh Dr.Surekha Bhat bersama Dr. Guruprasad Rao diuraikan sebagai berikut:

1. Durasi pemaparan piramida pada objek merupakan faktor terpenting untuk mendapatkan manfaat terkait dengan kesehatan. Untuk mendapatkan manfaat yang optimal perlu dicari waktu yang optimal untuk pemaparan, tidak terlalu lama dan juga tidak terlalu singkat.

2. Keselarasan dengan kutub-kutub magnet bumi sangat penting untuk mendapatkan efek yang signifikan. Deviasi posisi sangat mempengaruhi efek dari piramida.

3. Menempatkan tikus di dalam piramida menurunkan level stress pada sel neuroendocrine dan stress oksidatif pada tikus muda maupun tua pada kedua jenis kelamin. Walau demikian variasi jenis kelamin berpengaruh pada hasil dari eksperimen ini. Paparan pada piramida menurunkan level basal dari plasma kortisol di kebanyakan tikus jantan, stress oksidatif yang turun justru ditemukan pada kebanyakan tikus betina.

4. Pemamaran piramida menyebabkan pertambahan berat tubuh pada tikus betina, tua dan muda namun tidak terjadi pada tikus jantan.

5. Piramida bertindak sebagai anti-stressor selama stress.

6. Paparan pada piramida lebih efektif dalam menurunkan stress pada sel neuroendocrine dan lipid peroxidation pada musim dingin dibandingkan pada musim panas. Pemaparan pada piramida akan lebih efektif dalam menurunkan aktifitas enzim antioksidan pada musim panas dibandingkan pada musim dingin.

7. Penambahan bobot tubuh lebih nampak pada musim dingin.

8. Berbagai temuan tersebut tidak ditemukan pada bentukan kotak dengan dimensi yang sama. Hal ini mengindikasikan bahwa strutur piramida bertanggung jawab pada berbagai efek tersebut.

Pembuktian sederhana

Guna mendapatkan pengalaman langsung terkait efek yang dihasilkan oleh piramida, saya melakukan eksperimen sederhana. Tujuan utama dari eksperimen ini adalah mendapatkan bukti empirik mengenai efek yang dihasilkan piramida pada objek organik. Alat dan bahan yang digunakan pada eksperimen ini adalah model piramida gizeh (terbuat dari besi) dan 3 buah pisang dari tandan yang sama (yang diberi label 1, 2 dan 3).

Dalam eksperimen ini saya menempatkan pisang #1 tepat di tengah piramida dan meninggalkannya selama periode waktu tertentu. Sebagai pembanding saya menempatkan pisang #2 di luar piramida namun masih dalam ruangan yang sama dengan pisang #1. Sementara pisang #3 diletakan di ruangan lain (tanpa piramida).

Setelah periode waktu yang ditentukan, terjadi perbedaan pada ketiganya. Pada pisang #2 dan #3 terjadi pertumbuhan jamur yang sangat banyak, utamanya pada pisang #3. Hal yang mengejutkan adalah pada pisang pertama tidak didapati jamur. Terdapat pula perubahan fisik lainnya berupa perbedaan tingkat kekenyalan, dimana pisang #1 adalah pisang terkenyal dibandingkan ketiganya sementara pisang #3 adalah memiliki tingkat kekenyalan terendah (ektrim minimum), disertai dengan cairan disekitar pisang. Perubahan fisik lainnya yang dapat diamati adalah perubahan warna, dimana pisang #3 memiliki warna paling hitam dibandingkan kedua pisang lainnya.

Guna lebih menjelaskan hasil eksperimen, berikut diberikan ilustrasi gambar terkait dengan eksperimen yang dilakukan.


Sigifikansi hasil studi

Uraian diatas membawa signifikansi pada kehidupan keseharian sebagai berikut:

1. Paparan pada piramida merupakan metode yang efektif untuk mengatur stres. Guna mengefektifkan hal ini, struktur piramida dapat dibangun pada tempat-tempat aktifitas individu seperti kantor, rumah atau tempat rekreasi. Hal lain yang juga dapat dilakukan adalah menempatkan model piramida di sekitar tempat aktifitas individu.

2. Piramida dapat digunakan sebagai penangan invasif pada berbagai penyakit yang terkait dengan aktifitas dari radikal bebas dan jenis oksigen reaktif. Kini telah banyak kasus serupa yang terbantu oleh piramida. Uraian di atas merupakan salah satu bukti ilmiah terkait dengan hasil tersebut.

3. Berkaitan dengan durasi dari pemaparan pada piramida, individu perlu mencari tahu durasi optimal pada masing-masing kasus. Hal ini ditujukan untuk mengatasi efek ketidaknyamanan yang mungkin disebabkan karena pemamparan berlebihan pada piramida.

Model Piramida

Mengetahui manfaat tersebut kini di pasaran banyak tersedia model piramida. Guna mendapatkan efek optimal dari piramida, model yang dibuat perlu mengacu pada dimensi dari the Great Pyramid of Gizeh. Presisi dan akurasi model sangat berpengaruh bagi manfaat yang diberikan. Manfaat dari piramida umumnya didapatkan melalui pemamaran pada piramida, meletakan suatu objek di dalam piramida selama durasi waktu tertentu.

Terkait dengan fungsinya sebagai penghasil ion negatif, adapun bahan yang tepat untuk membuat piramida adalah kuarsa. Namun kelemahan dari piramida yang berbahan kuarsa adalah dari segi kekuatannya terkait dengan resiko kerusakan fisik yang disebabkan oleh benturan. Selain kuarsa, material lain yang baik adalah logam, utamanya logam mulia. Selain baik untuk menghasilkan ion negatif, piramida berbahan metal juga memiliki kekuatan terhadap resiko benturan fisik. Sehingga hal ini menjawab kelemahan yang dimiliki oleh piramida berbahan kuarsa.

Daftar Pustaka

1. Surekha Bhat, Guruprasad Rao, K. Dilip Murthy, P Gopalakrishna Bhat. Effect of housing rats within a pyramid on stress parameters. Indian Journal of Experimental Biology 2003; 41: 1289-1293.

2. Surekha Bhat, Guruprasad Rao, K. Dilip Murthy, P Gopalakrishna Bhat. Housing in pyramid counteracts neuroendocrine and oxidative stress caused by chronic restraint in rats. Evidence Based Contemporary and Alternative Medicine 2006

3. Pierce Howard. The Owners Manual for the Brain: Everyday Applications from Mind Brain Research, second edition, Bard Press 1999