Jumat, 04 Juli 2008

Pengalaman atau Representasi?

Pada bagian sebelumnya, agar tidak terlalu dini dalam menerima teori gambar (picture theory), dan sehubungan dengan definisi yang diberikan oleh para psikolog seperti McKellar (1957), Richardson (1969) dan Finke (1989), penggambaran mental dikarakterisasi sebagai suatu bentuk dari pengalaman (contohnya seperti pada hal (1)). Namun hal ini tidaklah dengan serta-merta menyelesaikan kerancuan yang ada. Berbagai bukti yang disajikan mengenai penggambaran mental lebih bersifat subjektif dan introspektif sehingga berpotensi memunculkan keraguan terhadap validitas dari introspeksi yang diberikan. Mereka yang sangat berpegang pada metode ilmiah, dapat saja berfokus pada pertanyaan apakah konsep seperti penggambaran (imagery) dapat diterima dalam dunia ilmiah. J. B. Watson, seorang peneliti yang paling berpengaruh dari paham prilaku (behaviorist), paham yang mendominasi keilmuan psikologi ilmiah (utamanya di Amerika Serikat) pada abad ke-20, mempertanyakan keberadaan dari penggambaran seperti yang tertera pada berbagai karyanya (Watson, 1913a). Walaupun demikian beberapa psikolog dan filusuf setelahnya diliputi oleh keraguan terkait penggambaran (imagery) (jika tidak terkait pada eksistensinya, setidaknya pada aspek psikologinya). Penggambaran belum menjadi fokus yang ramai dibicarakan di kalangan psikolog ilmiah (atau filusuf psikologi) hingga era tahun 1960-an, ketika paham prilaku mulai tergantikan oleh paham kognitif sebagai paradigma dominan dalam psikologi. Diskusi yang paling menonjol terkait dengan penggambaran di antara filusuf dan psikolog, masih sangat dipengaruhi oleh keraguan pada penggambaran (atau iconophobia, istilah yang sering digunakan), dan berbagai reaksi terkait.

Kontras dengan psikolog paham prilaku yang lebih dulu, kebanyakan psikolog kognitif saat ini menyakini bahwa penggambaran memiliki peranan yang sangat penting pada ekonomi mental individu. Banyak mungkin menyatakan keberatan pada para psikolog paham prilaku mereka terkait dengan penerimaan sains terhadap introspektif dan subjektifitas, namun mereka menyakini bahwa penggambaran pastilah nyata (dan secara ilmiah sangat menarik untuk ditelaah) karenanya sangat penting untuk diuraikan. Hasil dari banyak eksperimen pada fungsi kognitif yang mereka yakini, tidak dapat memberikan penjelasan yang memuaskan tanpa mempertimbangkan pada aspek penyimpanan dan pemrosesan dari representasi mental imaginatif. Keyakinan bahwa representasi mental adalah nyata dijustifikasi serupa dengan keyakinan pada keberadaan elektron, atau seleksi alamiah (Darwin), atau medan gravitasi (atau berbagai aspek ilmiah yang masuk ke dalam kategori “tidak dapat terobservasi (unobservables)”). Penggambaran dipahami keberadaannya jika penjelasan yang didasarkan pada representasi imajiner diketahui kebenarannya. Melalui pemandangan ini, beberapa penulis terkini telah merekomendasikan terminologi ‘penggambaran’ (‘imagery’) tidak seharusnya dipahami seperti bentukan pengalaman subjektif, melainkan sebagai bentuk ‘representasi yang mendasari’ (“underlying representation”) (Block, 1981a; Kosslyn, 1983). Representasi demikian merupakan “mental” di mana kini awam di bidang sains kognitif; misalnya mereka dipahami sebagai bagian yang menyatu dengan kondisi otak, namun sangat individual terkait dengan fungsinya dalam kognisi. Seperti yang disampaikan oleh Block (1981a), keuntungan dari mendefinisikan penggambaran mental seperti ini (misal sebagai bentukan representasi yang tidak dispesifikasi, seperti hal (3) dibandingkan hal (2), adalah hal ini tidak terkait dengan pertanyaan kontroversial apakah representasi yang relevan terkait dengan berbagai hal, menyerupai gambar (picture-like).

Jika bukan karena mereka menyerupai gambar, lalu pertanyaannya adalah apa yang membuat gambar representasi mental? Kemungkinan ide yang menyatakan bahwa representasi mental layak disebut sebagai gambar jika tipe tersebut hadir di pikiran dapat memunculkan pengalaman serupa-perseptual dari yang direpresentasikan. Namun hal ini sangat bergantung pada pemahaman pembentukan eksperensial (experential conception of imagery) dari penggambaran yang mana pasti lebih mendasar dibandingkan pembentukan representasi (represenational conception) yang digambarkan. Lebih lanjut, untuk mendefinisikan penggambaran dalam cara Block, Kosslyn dan lainnya menyarankan, bentukan pertama dan yang terpenting dari representasi (seperti explanans, penyataan yang menjelaskan, dibandingkan explanandum, pernyataan yang dijelaskan) adalah pada pertanyaan yang lebih mendasar dan kontroversial seputar karakteristik alamiah dari pikiran dan penyebab dari pengalaman serupa-perseptual. Faktanya terdapat sejumlah ilmuwan dan filusuf, dari berbagai latar belakang keilmuan dan pemandangan teori yang menyatakan bahwa pengalaman penggambaran tidaklah bisa dinyatakan kehadirannya di pikiran dalam terminologi komputasional atau representasi neural (e.g., Sartre, 1940; Ryle, 1949; Skinner, 1953).

Harus diakui bahwa berfokus terlalu sempit pada pembentukan eksperensial (experensial conception) dari penggambaran beresiko. Secara khusus hal ini mungkin mengkaburkan kemungkinan nyata yang didukung oleh pembentukan representasional, yang sama pentingnya dengan representasi yang melandasi atau mekanisme mungkin bekerja pada keduanya, saat kita secara sadar mengalami pengalaman tersebut dan ketika kita tidak sadar. Beberapa bukti, seperti karya Paivio's (1971) pada pengingatan dari kata-kata dengan “nilai penggambaran” yang berbeda, mendukung akan hal ini.

Dalam prakteknya, eksperensial dan pembentukan representasi dari penggambaran beberapa kali ditemui pada literatur dari subjek. Sayangnya, sering kali sulit untuk menyatakan yang mana yang ditujukan untuk kasus yang mana. Bahkan ketika mereka tidak menyatu, kerancuan dapat muncul ketika satu konsepsi lebih diutamakan dibanding yang lain tanpa menjadikan benar-benar jelas atau eksplisit. Walaupun hal ini nampak menonjolkan keilmuan dan berpotensi membingungkan untuk memaksakan penggambaran eksplisit perbedaan di manapun, di mana nampaknya penting atau membantu untuk melakukan hal ini merujuk pada pengalaman penggambaran (imagery experiences) pada satu sisi dan representasi penggambaran (imagery representation) pada yang lainnya.

Referensi

McKellar, P. (1957). Imagination and Thinking. London: Cohen & West.

Richardson, A. (1969). Mental Imagery. London: Routledge & Kegan Paul.

Finke, R.A. (1989). Principles of Mental Imagery. Cambridge, MA: MIT Press.

Watson, J.B. (1913a). Psychology as the Behaviorist Views It. Psychological

Review (20) 158-177. Cetak ulang tersedia di internet

Block, N. (Ed.) (1981a). Imagery. Cambridge, MA: MIT Press.

Kosslyn, S.M. (1983). Ghosts in the Mind's Machine: Creating and Using Images in the Brain. New York: Norton.

Sartre, J.-P. (1940). The Psychology of Imagination. (Translated from the French by B. Frechtman, New York: Philosophical Library, 1948.)

Ryle, G. (1949). The Concept of Mind. London: Hutchinson.

Skinner, B.F. (1953). Science and Human Behavior. New York: The Free Press.

Paivio, A. (1971). Imagery and Verbal Processes. New York: Holt, Rinehart and

Winston. (Republished in 1979 – Hillsdale, NJ: Erlbaum.)

Tidak ada komentar: